Saya tahu bakal ada bus gratis selama berada di Perth terutama di area CBDnya, dan tahu juga setiap minggu bakal digratisin semua transportasinya baik bus, ferry, maupun kereta disana. Namun saya ga tau kalau ternyata bisa dapat banyak hal gratis lainnya saat disana dan ini menyenangkan sekali.


Ada yang nolak hal gratis? Ada pasti kalau itu hal ga jelas. Tapi yang saya bicarakan disini adalah hal yang sangat jelas, mengenai fasilitas publik. Terutama saat saya traveling di September kemarin di Perth Western Australia. 


Saya memang salah satu orang yang sebenarnya tidak begitu ingin ke Australia. Tapi hal itu berubah ketika saya melihat ada pesawat direct ke Perth dengan biaya yang sangat terjangkau. Saya coba cek ada yang PP cuma 2 jutaan dan ini sangat murah lho, ke Bali aja lebih mahal. Lalu terbesitlah keinginan untuk mengecek beberapa rute penerbangan dengan tanggal-tanggal yang cocok dengan saya si budak corporate ini. Dan voila, ketemulah tiket PP dari CGK ke Perth seharga 3.5 Juta direct flight serta masih dapat bagasi 20 kg yey.


Bukan ga mikir panjang, saya pun akhirnya bolak-balik ngecek selama beberapa hari sambil ngitung-ngitung uang damri dan uang visa yang harus saya keluarkan untuk kesana. Saya searching dan cost untuk membuat visa kisaran 2 Jutaan atau Aud 190 tapi bisa mendapatkan multiple visa selama 3 tahun yang bagi saya OK lah. Lalu kalau dihitung-hitung berarti saya hanya habis 5.5 Juta dengan tiket yang saya beli tersebut. Lebih murah daripada kalau beli pesawat LCC ke South Korea ataupun ke Jepang. Bahkan untuk di tanggal yang sama, ke Singapura dan Bali sudah hampir sama harganya, jadi akhirnya saya belilah tiket ini via Agoda, karena Agoda masih lebih murah dari website yang lain saat itu. Lalu terbitlah e-tiketnya seperti ini.


Setelah beli sayapun nyantai dulu, karena masih 3 bulan sebelum saya berangkat ke Perth. Saya beli tiket ini pada 18 Juni 2024, dan mulai mengajukan visa pada 29 Juli 2024 meski seminggu setelahnya tanggal 6 Agustus 2024 visa saya ditolak. Alasan penolakan karena saya tidak menyertakan slip gaji, kalau saya pikir-pikir memang saya sedikit salah paham dengan cara penginputan di websitenya dan itu yang menyebabkan penolakan tersebut. Sayapun mengajukan ulang visa pada 16 Agustus 2024 dan mendapatkan info bahwa visa saya di Granted pada 23 Agustus 2024, keduanya sama-sama diproses dalam waktu seminggu. Dari yang awalnya saya cuma melampirkan 7 lampiran, di pengajuan kedua saya melampirkan 33 lampiran karena saya tidak mau ada penolakan lagi. 

Saya sempet down saat ditolak ini, karena memang ini penolakan visa pertama yang pernah saya alami seumur hidup, merasa denial saja. Sampai akhirnya saya komit kalau visa ditolak lagi maka saya akan ke Korea Selatan haha. Tapi toh akhirnya diterima dan itupun lucu juga karena 5 menit sebelum saya mendapatkan email Granted dari mereka, staff saya menerima telepon dari kedutaan Australia menanyakan posisi saya apakah benar bekerja disini atau tidak.

Kebetulan saya didepan staff saya dan kamipun sempat bertanya-tanya seperti; "Jangan-jangan kemarin ditolak karena ga ada yang angkat telepon dari kedutaan ini ya," karena memang pada 6 Agustus kami semua sedang ada jadwal bersih-bersih kantor dan tidak ada orang yang stand-by untuk angkat telepon. Jadi kalau ada yang mau mengajukan visa Australia jangan lupa bilang ke HRnya untuk siap-siap kalau-kalau di minggu-minggu pengajuan ada telepon dari mereka ya. Biar berakhir bahagia seperti saya meski akhirnya saya harus bayar Aud 190 dikali 2 huft.


Tanggal 13 September tiba, saya ijin setengah hari dari kantor dan langsung menuju ke Bandara Terminal 2 dengan menaiki Damri seharga 170 Ribu memakai QRIS dari Gate Tol Cikampek. Sempet was-was karena saat itu long-weekend, namun saya turut bersyukur saat tahu si Damri tidak melewati tol dalam kota melainkan melewati tol baru. Karena kalau melewati tol dalam kota sudah pasti pesawat saya tidak terkejar karena kena macet total.

Check-in pesawat selesai saya menuju ke boarding room dan membeli sebotol air putih dari vending machine yang bisa dibeli menggunakan QRIS. Siap-siap aja karena Batik Air hanya memberi 1 cup minuman gelas plastik dan 1 bungkus roti. Daripada dehidrasi lebih baik persiapan diri kan, apalagi penerbangannya 4.4 jam sendiri, repot kalau dehidrasi. 

Sepanjang penerbangan saya hanya tidur lalu tiba-tiba sampailah saya di pemandangan kota Perth dengan lampu-lampunya yang padang terlihat dari pesawat. Jam 00.05 tepat kami tiba di bandara Perth lalu lanjut ke imigrasi, bagasi, dan saatnya mencari kursi untuk tidur sampai pagi nanti. Saya telat membaca pengumuman kalau ternyata kereta lagi berhenti saat itu dan digantikan bus yang jalan pukul 01.12 am. Saya tahunya 10 menit sebelum jadwal si bus berakhir dan sudah pasti akan telat sampai ke haltenya karena lokasinya yang jauh dari pintu terminal. Saat keluar bandara, saya bertanya ke petugas dimana lokasi halte busnya dan dia bilang ada diujung sana. Karena merasa tidak akan cukup waktu untuk jalan kesana, saya pun masuk kembali ke bandara dan mencari kursi untuk tidur, karena bus selanjutnya ada di pukul 06.12.


Pukul 5.00 pagi saya bersiap-siap untuk mengawali hari dengan mandi di bandara, lalu karena takut supir bus tidak menerima pembayaran via cc, sayapun ke atm untuk menarik uang sebesar Aud 100. Dan itu kesalahan fatal karena saya kena charge Aud 5.5 dan rate 12.000,-. Padahal rate Aud to Idr seharusnya hanya 10.400,-, sedih banget. Parahnya lagi, ternyata saat kami naik ke bus ini kami diarahkan masuk saja tanpa harus membayar biaya bus dari Bandara ke Perth alias free tanpa bayar sepersen pun. Seneng? Pasti! Sedih? Iya! Ih kenapa ga tau dari tadi kan, tau gitu saya ga ambil uang di ATM.

Nah dari sinilah semua bermula, setelah mendapatkan free bus dari bandara ke kota, saya masih juga ga percaya kalau bisa naik bus dengan simbol kucing ke semua sudut CBD tanpa bayar tiket. Ini sangat menyenangkan karena saya bisa memaksimalkan semua sudut kota menggunakan free cat bus ini. Lalu saat saya ke Rottnest dan ingin kembali ke Perth dari Fremantle Station, ternyata stasiunnya lagi closed dan tidak ada kereta yang jalan saat itu. Apakah kami dibiarkan bingung begitu saja? Tentu tidak, ini kan Australia ya (bukan: ehm Indxxxxxx). Mereka dengan baiknya menyiapkan bus-bus gratis sesuai tujuan kami kembali didepan pintu stasiunnya langsung. Dan saat saya bertnaya dimana harus membeli tiketnya, mereka bilang, "You don't have to pay, it is free because it is our mistake," wow, I'm surprised.

Sebenarnya saya juga berencana naik bus untuk ke Perth saat itu, karena sudah pernah menaiki kereta dari Perth-Fremantle-Perth, jadi butuh pemandangan baru lah. Eh tidak dinyana ternyata malah dapat free ride lagi, I'm so happy.

Besoknya saya jalan-jalan ke Kings Park dan juga menuju ke Blue Boat House. Saat pulang saya menunggu Transperth bus di halte dan saat bus tiba dan masuk ke dalam busnya, saya mau beli tiket ke supirnya secara cash tapi malah langsung disuruh masuk saja tanpa bayar. Lagi dan lagi dapat free ride dan ini menyenangkan sekali.

Diakhir saya mau pulang ke Indonesia, saya bertanya ke resepsionis hostel saya mengenai free bus ini. Dan ternyata memang di CBD semua bis itu free, bahkan Transperth pun juga free. Nah saya kira hanya Cat Bus saja yang free kan, tapi ternyata Transperth juga meskipun ada beberapa kondisi juga. Saya coba validasi dengan mengecek ke websitenya dan ternyata memang benar adanya, cek foto dibawah.




Sayang sekali saya tahu tentang ini di akhir saya akan kembali ke Indonesia, kalau dari awal saya tahu kan enak ya, bisa memanfaatkan semua jenis bus yang free ini. Tapi, saya bakal kembali kok ke Perth, karena kota ini kota yang saya sukai untuk kembali me-relaks-kan kepala saya dari hiruk pikuk lingkungan saya yang penuh polusi ini. Tentunya saya akan memanfaatkan semua jenis fasilitas gratis yang ada disana juga dan tidak akan melewatkannya lagi.

Oh ya, yang lebih menyenangkannya lagi, pada setiap papan halte bus ada Live Times berupa barcode yang menunjukkan waktu kedatangan bus yang kita tunggu disana. Setiap orang bisa men-scan barcode dan melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mereka menunggu bus yang akan kita tumpangi. Meski sering berubah mengikuti laju traffic disana, namun ini sangat praktikal, apalagi kita bisa tahu berapa lama kita harus menunggu si bus tersebut. Waktu tunggu bisa kita manfaatkan agar tidak terbuang percuma dan kitapun tidak was-was tertinggal bus karena bisa mengatur waktu. 

Selain itu ada juga Live Times yang terpampang dipapan timetable bus di halte, jadi kalau kita tidak bisa men-scan karena baterai/internet habis ya cukup melihat papan saja. Ini juga bisa dimanfaatkan untuk masyarakat yang tidak melek gadget dan sangat bijaksana sekali keputusan yang dibuat untuk sekedar papan ini. Sangat praktikal dan wiseful.





Saat saya berjalan kaki dari Hillary Harbour menuju Scarborough Beach, saya amati banyak sekali papan sign yang memberikan informasi mengenai pantai-pantai disana. Setiap pantai memiliki aturannya sendiri dan ini sangat bagus untuk menghindari denda begitu pula untuk mengetahui apakah kita bisa masuk disana dengan informasi tersebut. Sign ini berisi informasi mengenai jenis ombak, dog friendly atau tidak, ada ularnya, dan lain-lain. Fungsional sekali. Saya kagum dengan cara mereka menata semua ini. 

Selain sign jalur sepanjang pantai yang dibuat untuk pejalan kaki dan juga pesepeda ini juga dibuat dengan sangat fungsional. Meskipun harus berbagi jalur, namun setiap orang saling berbagi dengan baik, warna jalurnya yang mencolok juga sangat enak dipandang mata, sangat eye-catching. Masyarakat bisa memanfaatkan jalur ini untuk berolah-raga juga, contohnya jalan cepat, bersepeda, dan lari. Lari di jalur seperti ini pasti menyenangkan, kalau capek tinggal noleh ke samping langsung bisa melihat pantai dan lautan. Huft, andai saja uang pajak di Indonesia dapat dimanfaatkan seperti ini juga ya, pasti masyarakat menjadi lebih sehat fisik dan mentalnya.

Sign seperti ini juga banyak yang dipasang di taman-tamannya, selain itu ada juga peta taman yang di tata dan diletakkan per titik dengan informasi yang bagus sekali. Informasi berapa banyak langkah yang kita buat dari titik A ke titik B di taman tersebut tertuang di peta taman ini. Juga berapa meter jarak tempuh dari A ke B. Ini memudahkan masyarakat yang berjalan kaki ataupun berlari disana, tidak lagi perlu melihat jam, cukup tau titiknya saja sudah jelas berapa langkah atau berapa meter badan kita bergerak ke sudut tersebut. Sangat praktikal dan fungsional.






d
Sampai sekarang saya masih kagum melihat betapa menyenangkannya di Perth mendapatkan fasilitas free yang praktikal dan fungsional seperti ini. Pajak yang dibayar ke Pemerintah dimanfaatkan dengan baik dan benar, bahkan turispun bisa menikmati fasilitas ini. 

Tidak hanya bus yang free ya, semua taman dan pantai pun free bisa dinikmati oleh siapapun. Taman bermain untuk anak-anak dengan kualitas yang sangat baik juga disediakan tanpa perlu membayar tiket sepeserpun. Taman Nasional dibuat sebagus itu dengan berbagai rute dari ringan, menengah, tinggi. Konsepnya pun dibuat dengan berbagai kegiatan, bisa tracking dengan jalan kaki biasa atau bisa bersepeda, dan itupun diberikan beberapa konsep sesuai musimnya. Kalau lagi musim semi ada rute yang dibuat sepanjang jalannya wildflower, dan lagi, Taman Nasional inipun free. Tidak ada gerbang yang meminta uang masuk, tempat pembelian tiket atau lainnya. Hanya uang parkir mobil saja jika memang membawa mobil, dan itupun hanya di satu titik. Kalau masuk dengan jalan kaki ya tidak perlu membayar, cukup menikmati keindahannya saja.

Tak hanya itu taman-taman publik dibuat dengan sangat apik, fasilitas seperti bangku taman, tempat BBQ juga di buat dengan sangat layak. Tap water juga disediakan, tempat sampah yang besar, pohon yang rindang, rumput yang sangat layak untuk dibuat tiduran juga diatur sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat disana. 

Setiap pantai dan taman juga disediakan toilet yang bersih dan free. Toiletpun dibuat dengan sangat layak dan bersih dibeberapa titik, dan itupun jumlahnya banyak. Meski masyarakat disana tidak banyak, mereka sudah mengantisipasi jika pengunjung yang datang banyak, hebat. Tempat bilas dipantai, tap water, museum, taman nasional, parkir mobil yang menghadap ke lautanpun semuanya free. Ini sangat-sangat menyenangkan, andai saja pajak yang kita bayar di negara kita dimanfaatkan seperti itu juga oleh Pemerintah, alih-alih dikorupsi, negara ini pasti juga bisa seperti itu. 

Inilah Keadilan Bagi Seluruh Rakyat yang sebenar-benarnya, pajak yang dibayarkan oleh rakyat dimanfaatkan dengan semestinya hingga akhirnya kembali ke rakyat lagi. Inilah yang namanya keadilan, dan sayangnya keadilan ini saya rasakan bukan di negara saya yang memiliki pedoman Pancasila, melainkan negara orang lain yang tidak memiliki Pancasila. Getir rasanya.  







Who doesn't like having this kind of facility for free? Our tax is handled in such a way that it's returned to us with this wonderful facility. I want this. I want my tax back to me like this, and I want to move here, too, someday. Finger crossed.



umiatikah

No comments:

Post a Comment