Sudah membaca trip saya ke Pulau Komodo dengan sailing trip selama 4 hari belum? Kalau belum boleh di cek dulu karena cerita ini sambungan dari cerita-cerita tersebut.
Komodo Flores to Lombok selama 4 hari 3 malam pada postingan ini:
How it began, Finally it happens, Padar island and its beauty, The clearest water I've ever seen, dan It's hard to say goodbye kepada orang-orang yang saya jumpai disana.
Setelah sebelumnya saya menceritakan saat-saat saya melakukan Stand Up Paddling untuk Pertama Kalinya di Gili Trawangan, hari itu belum juga berakhir dan malam itu juga saya melanjutkan untuk melakukan persiapan scuba diving.
Persiapan Scuba Diving
Sampailah kembali saya ke area pusat Gili Trawangan dan memutuskan untuk mencari lokasi untuk diving esok hari. Saya hanya masuk ke tiga tempat diving, yang pertama Manta Dive, namun respon dari orang-orang yang saya tanyai sangat tidak mengesankan dan terkesan meremehkan, saya akhirnya mem-blacklist tempat tersebut. Entah mengapa informan yang saya temui yang ternyata adalah instruktur disana sangat tidak membantu, bukannya memberi informasi malah menggampangkan segala sesuatu. Contoh:
A: "Mas saya kan baru pertama kali ini mau ikutan scuba, ada tipsnya ga enaknya gimana biar ga gugup?"
M: "Gimana ya, hmm, gampanglah yang penting daftar dulu aja,"
A: "Tapi mas, saya beneran tidak tau apa-apa tentang ini tapi pengen nyoba, biar saya paham dikit gitu lho mas,"
M: "Apa ya, hmm yang penting coba dulu aja deh nanti juga tahu,"
Saya heran sekali kok ada orang se-gak responsif itu, malahan saya dilempar kesana-kemari hingga saya merasa tidak dihargai disana. Lalu sayapun keluar dari sana merasa begah dengan respon yang sangat menyebalkan itu. Kalau memang mas tersebut masih kecapekan karena baru pulang dari diving dengan tamu lainnya, harusnya dia bisa mengarahkan saya ke pihak marketingnya saja, beres kan, tapi malah diabaikan begitu.
Saya lanjut ke Diversia, malam sebelumnya saya juga kesini dengan teman swedia saya yang bertanya-tanya mengenai diving yang akan dia lakukan. Saya merasa sangat nyaman disini karena instruktur yang juga malam sebelumnya kami tanya-tanyai ini memberikan informasi yang sangat memuaskan bagi saya. Mereka juga sangat welcome dan lumayan lama saya disana untuk sekedar bertanya-jawab dengan sang instruktor. Si instruktur inipun (dari Inggris) mengenalkan saya dengan instruktur Indonesia disana, namun karena Instruktur lokal ini sedang sibuk-sibuknya jadi kami hanya berbasa-basi sebentar. Instruktur ini juga memberitahu kalau kemungkinan dia akan menjadi instruktur saya jika saya jadi ambil paket diving disana. Setelah semua informasi saya dapatkan disini saya lalu berpamitan.
Karena saya masih penasaran dengan Blue Marlin (yang siang tadi saya datangi untuk makan siang), keluar dari Diversia saya langsung bersepeda ke arah Blue Marlin. Di Blue Marlin, setelah tanya jawab dan mengetahui biayanya yang lumayan lebih murah dari tempat lain, saya lalu memutuskan untuk ambil paket diving disitu saja. Seharusnya biaya ini sama saja dengan di tempat diving lainnya karena sudah ada kesepakatan harga disana. Dan biaya untuk turis luar dan lokal juga beda, yang lokal lebih murah dikit. Saya mungkin juga bakal mengambil paket ini di Diversia jika saja instruktur yang saya temui tadi tau berapa pastinya biaya untuk turis lokal ini. Sayangnya dia tidak tahu dan marketing serta kasirnya juga sudah tidak ada, jadi ya saya ngacir ke Blue Malin saja. Saya sudah terlalu lelah untuk kembali ke Diversia dan memutuskan untuk reserve tempat di Blue Marlin untuk mendapatkan pelatihan esok hari pukul 10/11.
Karena saya masih penasaran dengan Blue Marlin (yang siang tadi saya datangi untuk makan siang), keluar dari Diversia saya langsung bersepeda ke arah Blue Marlin. Di Blue Marlin, setelah tanya jawab dan mengetahui biayanya yang lumayan lebih murah dari tempat lain, saya lalu memutuskan untuk ambil paket diving disitu saja. Seharusnya biaya ini sama saja dengan di tempat diving lainnya karena sudah ada kesepakatan harga disana. Dan biaya untuk turis luar dan lokal juga beda, yang lokal lebih murah dikit. Saya mungkin juga bakal mengambil paket ini di Diversia jika saja instruktur yang saya temui tadi tau berapa pastinya biaya untuk turis lokal ini. Sayangnya dia tidak tahu dan marketing serta kasirnya juga sudah tidak ada, jadi ya saya ngacir ke Blue Malin saja. Saya sudah terlalu lelah untuk kembali ke Diversia dan memutuskan untuk reserve tempat di Blue Marlin untuk mendapatkan pelatihan esok hari pukul 10/11.
Esok harinya setelah bersepeda berkeliling ke area tengah Gili Trawangan, saya lanjut ke Blue Marlin untuk melakukan pelatihan. Saya bersama satu turis dari Singapore mendapatkan instruktur David dari Portugal. David lumayan tegas dan strict, sempat berkali-kali dia kesal dengan saya terutama saat saya diminta untuk mempraktekkan menyupit hidung dengan kedua jari agar telinga bisa mekar. Cara ini dilakukan karena saat turun kebawah air, tekanan udaranya makin mengecil dan kemungkinan telinga kita akan sakit. Namun karena itu baru pertama kali saya mempraktekkannya, yang saya rasa saya sudah bisa melakukannya ternyata dianggap belum tuntas oleh David dan saya terus diminta mengulang sampai bisa.
Saya sedikit terintimidasi dengan teman dari Singapura ini, dia mampu selesai dalam sekali praktek. Ya bagaimana tidak, dulu dia juga seorang diver dengan sertifikat advance, otomatis dia sudah punya basic skill kan. Lalu saat pemilihan kacamata diving, David meminta saya menaruh kacamata ke arah muka saya dan saya diminta menahan nafas untuk mengetahui apakah ukuran kacamata itu pas dengan muka saya atau tidak. David tidak menjelaskan secara jelas, jadi saya tidak paham apa maksudnya dia, hingga akhirnya dia mengangkat tangan saking kesalnya. Nah hal itu membuat saya tidak nyaman sampai saat praktek didalam airpun saya merasa terintimidasi.
Nah didalam kolam juga, pelatihan tidak hanya untuk kita berdua, namun juga dengan beberapa turis lain dengan instruktor berbeda. Total hampir 10 orang didalam kolam saat itu, dan kami diajari berbarengan disana. Saya cukup terintimidasi dengan turis lain yang bisa dengan mudah melakukan pelatihan disana. Saya yang baru masuk kedalam air kolam dengan alat-alat itu saja cukup syok dengan apa yang saya lalui. Saya merasa belum familiar dengan kondisi masuk didalam air menggunakan alat, saya terbiasa diving bebas dikanal depan rumah saya tanpa alat. Serta aturan-aturan lain seperti cara bernafas dan tombol-tombol alat diving juga cukup membuat saya takut.
Saya selalu diarahkan oleh David saat badan saya mulai naik ke permukaan, kemungkinan karena terlalu dalam menghisap oxygen. Lalu saat saya diminta mempraktekkan cara saat air masuk kedalam kacamata, disitu saya merasa takut dan berkali-kali naik ke permukaan dan langsung mencopot kacamata saya yang terisi air. David selalu memegang pinggang saya dan mengarahkan saya ke tangga dalam kolam. Saya didudukkan olehnya dan ditenangkan, namun sampai tiga kali saya selalu begitu lagi. Akhirnya David meminta saya untuk turun keluar kolam dan meminta saya untuk mencobanya lain waktu, dia merasa saya belum siap, sayapun juga.
Saya menangis saat itu, kecewa sama diri saya sendiri dan sedih karena uang sebesar IDR 915k harus melayang begitu saja. Saya masih menangis hingga salah satu instruktur diving perempuan mendatangi saya dan menenangkan saya. Setelah beberapa lama ditenangkan oleh instruktur tersebut, saya lalu diberi kesempatan lagi untuk melakukan pelatihan dengan pelatih lain nanti pukul 14.30. Saya sangat bahagia mendengar itu dan berterimakasih kepadanya, sayapun diminta menenangkan diri dan makan siang dulu sampai pukul 14.30 datang, saat itu masih 12.30.
Karena saya malas kemana-mana, sayapun hanya duduk di Kafe Blue Marlin dan membeli jus disana. Lalu mas-mas Instruktur lokal mendatangi saya dan menenangkan saya disana. Mereka sangat ramah sekali, berbeda dengan David tadi. Kata mereka wajar kalau baru mencoba pertama kali dan syok dengan kondisi didalam kolam. Merekapun bilang bahwa nanti di laut suasananya tidak mengintimidasi seperti saat di kolam. Mungkin karena mas-mas lokal tahu kalau kita sama-sama tidak pernah diajari untuk berenang dan free diving di kolam saat sekolah, jadi mereka bisa mengerti kendala saya. Berbeda dengan orang luar yang memang disekolahnya diajari untuk berenang dan free diving.
Melihat rombongan diver yang sebelumnya berlatih bersama saya bersiap terjun ke laut. Cukup memalukan dan menyedihkan melihat saya sendiri yang gagal. |
Saat itu saya juga berkomunikasi dengan teman swedia saya yang juga baru selesai diving dengan tempat divingnya, Gili Dive (Dia Advance Diver). Ternyata dia sudah berpindah hostel dan memilih diving dengan Gili Dive karena mendapatkan penawaran yang menarik, dia akan mendapatkan potongan harga kalau diving dan menginap disana. Kamipun berjanji untuk bertemu lagi setelah saya selesai dengan pelatihan kedua saya, kami berencana melakukan kayaking bersama ke arah Gili Meno. Saat sedang menenangkan diri itu, tiba-tiba ada pria yang duduk disebelah saya dan bertanya-tanya mengenai pelatihan saya sebelumya dan ternyata dia adalah instruktur baru saya. Kami lalu berkenalan dan mendapati nama pelatih saya tadi adalah Andreas (Portugal)! Namanya sama dengan nama teman swedia saya. Haha.
Saya diminta menghabiskan jus saya dahulu dan diapun pergi untuk beristirahat sebentar. Setelah itu kami duduk di satu meja dan datanglah satu teman baru bernama Adam (dari Inggris) yang akan diving bersama kami. Berbeda dengan turis dari Singapura tadi, Adam sangat ramah dan selalu menenangkan saya saat saya mulai ketakutan. Andreas juga bisa membuat suasana tidak mengintimidasi seperti saat bersama David tadi. Lalu kami mulai melakukan pelatihan dan Andreas selalu mencairkan suasana dengan memainkan beberapa trik didalam air, lumayan bisa membuat saya dan Adam rileks.
Mungkin karena didalam kolam hanya ada kami bertiga, jadi saya tidak merasa terintimidasi sama sekali. Tapi tetap, saat pelatihan memasukkan air ke dalam mata lalu dihembuskan dengan dorongan hidung, saya masih belum bisa tenang lalu gagap berenang ke permukaan. Selama dua kali saya melakukan itu sampai akhirnya Andreas menenangkan saya dan saya diminta mencobanya lagi. Dipercobaan ketiga saya berhasil dan terus berhasil dan saya mulai bisa merasakan kenyamannya didalam kolam tersebut. Lalu pelatihan-pelatihan lain dilakukan lagi sampai saat saya disuruh berenang memutar Andreas lalu mendatangi saya dan bertanya "Can you swim?" yang dengan tegas saya jawab "Of course I can," tapi cara renang kamu kok aneh ya. Lalu saya diminta berenang lagi sampai akhirnya kami keluar keatas air dan Andreas bilang "Oke, don't worry I'll do anything for you tomorrow."
Saat itu saya merasa aneh dengan pertanyaan Andreas, tapi lalu saya paham. Mungkin dia bilang cara renang saya aneh karena saya mengikuti arahan David sebelumnya untuk berenang dengan kaki menempel satu sama lain. Saya seharusnya mengikuti arahan Andreas saja yang membebaskan cara berenang kami. Latihan selesai dan saya dinyatakn lulus untuk besok paginya pukul 08.00 saya akan dibawa menuju ke lokasi diving dan melakukan Scuba Diving atau Open Water Diving! Yessssss!
Saya sangat gembira saat itu dan saat membuka HP kembali, saya melihat DM dari Andreas (swedia) yang mengatakan kalau dia akan pergi ke lokasi Spa untuk melakukan massage. Karena saat itu saya juga lelah, saya akhirnya pulang ke hostel dan mandi serta tidur sebentar. Pukul 17.00 saya lalu bergegas ke arah penyewaan sepeda karena 30 menit lagi waktu sewa saya selesai. Saat saya mengembalikan sepeda, saya baru sadar kalau tempat sewa sepeda tersebut ternyata lokasinya tepat didepan Gili Dive, tempat teman saya menginap. Disaat yang sama, saya menerima DM dari teman saya kalau dia tidak jadi massage karena ketiduran. Sayapun memberitahunya kalau disaat yang sama saya beraada didepan hostelnya untuk mengembalikan sepeda. Saya kemudian sibuk dengan urusan persepedaan ini, sampai tanpa sadar saya melihat teman saya sudah ada disebelah saya.
Setelah ber-tos ria, kami lagsung berjalan kaki berdua dan saya mengarahkan teman saya ke lokasi massage saya sebelumnya. Tapi karena masih harus antri beberapa jam, kami langsung lanjut jalan kaki saja ke arah paradise sunset. Kami juga mampir ke toko buku karena teman saya sedang mencari buku berjudul Marching Powder. Saat berjalan berdua ini, saya tidak sadar ternyata orang-orang melihat kearah kami berdua dengan tatapan keheranan. Yang ada malah dia yang sadar dan saat makan malam dia memberitahu hal ini ke saya. Belum sampai di paradise sunset, kami memutuskan untuk duduk di restoran yang saat itu sedang ada live musiknya. Belum juga beberapa menit kami duduk dan memesan minuman, eh live musiknya pergi. Kami berdua langsung kecewa karena tujuan kami masuk kesana hanya karena ingin menikmati live musiknya saja. Kecewa juga karena kami tidak lanjut saja ke sunset paradise dan malah menyia-nyiakan suasana sunset sore itu.
Saat itu saya juga berbicara dengan teman ini kalau saya ingin mencoba surfing di Kuta Lombok. Tapi karena rencana untuk diving yang harusnya selesai hari itu harus diundur menjadi besoknya jadi saya harus merelakan untuk tidak jadi ke Kuta. Saat kami melihat ada beberapa orang yang melakukan surfing didekat kamipun saya langsung berinisiatif untuk mengikuti course surfing disana. Namun teman saya tidak menyarankan karena jarak antara kedalaman laut disana dengan pinggiran pantai terlalu shallow (dangkal) dan cukup berbahaya.
Saya insist karena melihat orang-orang yang surfing saat itu terlihat tidak terganggu dengan hal itu, dan diapun juga insist dan tidak menyarankan ke saya. Saya akhirnya mengikuti arahannya saat dia menceritakan kepada saya bahwa dia juga seorang surfer! Saya amat syok sampai berkata, "OMG What can't you do actually!! You are a photographer, a national athlete, a diver, and now you just tell me that you're a surfer as well!" padahal cara dia berpakaian dan cara dia berbicara biasa saja dan tidak menunjukkan semua itu. Saya suka orang seperti ini, orang yang bisa melakukan berbagai hal tapi tidak mau menunjukkannya sama sekali kecuali saat ditanyai. Sayapun akhirnya baru bisa melakukan surfing saat saya ke Bali beberapa bulan setelah ini.
Beranjak malam, kami memutuskan untuk mencari makan malam dan berakhir di pasar malam di pusat GT. Saat itu kami juga berpapasan dengan Jihye, namun karena sepertinya Jihye tidak mau diganggu sayapun hanya melewatinya begitu saja setelah berbasa-basi sedikit. Teman saya juga santai-santai saja dan tidak mau mengganggu Jihye, pun dia oke-oke saja saya ajak kemanapun. Lucunya dia selalu membeli porsi makanan yang sangat banyak dan selalu tidak habis hahaha. Sayapun bertanya kenapa dia bisa membeli sebanyak itu dan dia bilang "Tuna is so cheap here, so I really want to enjoy them as much as I can!" LOL. Ya memang di skandinavia mah apa-apa mahal ya, pantes dia kalap disini.
Nah, saat kami duduk dan menikmati makanan ini akhirnya saya melihat orang-orang (lokal) yang memandangi kami berdua dari ujung sampai ujung lagi. Saat itulah teman saya menceritakan bagaimana orang-orang melihat kita berdua saat kami berjalan tadi ataupun saat saya sibuk dengan makanan saya sendiri. Sayapun menjawab kalau saya paham orang-orang akan melihat kami berdua demikian. Sudah terlalu biasa melihat orang-orang merasa takjub juga aneh melihat orang lokal bersama orang asing (bule) disini, jadi saya cuek dan masa bodoh saja. Teman juga akhirnya paham dan bilang kalau dia juga tidak peduli akan hal itu.
Saya merasa teman ini mengamati perilaku saya dengan sangat takjub, hampir semua bualan dan gerak-gerik saya selalu membuatnya tersenyum. Sampai saat saya memakan sate ikan saya dan rasa ikannya yang terlalu asam membuat saya tanpa sadar membuat ekspresi aneh, dia tiba-tiba tertawa sendiri. Saya yang sebelumnya bercerita kepadanya kalau saya tidak bisa meminum cola karena rasa sparklingnya teramat aneh bagi saya, lalu memberitahunya kalau ekspresi tadi merupakan ekspresi yag sama setiap saya meminum cola. Lalu kami ber-tos ria saat dia sadar es teh manis saya warnanya mirip dengan beer yang dia minum LOL. Selesai makan malam, kami lanjut mencari tempat untuk menonton film di pinggir pantai. Tapi entah mengapa akhirnya kami malah masuk ke lokasi yang sama dengan lokasi kami menonton live musik di hari pertama.
Pas juga saat itu lagu Losing My Religions dinyanyikan oleh band disana, tapi band yang saat itu tampil tak sebagus dengan band saat kami datang pertama kalinya, yang juga diamini oleh teman saya ini. Kami masih membicarakan berbagai hal dan dia juga masih memberikan tips diving kepada saya. Saya masih merasa cemas dan takut akan gagal lagi nantinya, dan dia terus menyarankan saya untuk selalu tenang "Try thinking that you are doing a yoga," katanya. Saya malah kagum dengan teman saya ini, pembawaannya yang tenang dan cara dia meyakinkan saya bahwa saya pasti bisa malah lebih baik ketimbang instruktur diving saya sendiri. Cara inipun sukses membuat saya lebih tenang saat terjun ke laut besoknya.
Saat melihat orang disebelah kami mendapatkan pesanan makanannya, sayapun kelaparan lagi dan tergoda untuk memesan mie gorengnya. Bagi dia mungkin saya aneh karena baru saja kami selesai makan malam dan saya memesan makanan lagi Lol. Dan parahnya mie goreng tadi tidak saya habiskan, padahal isian daging dan telurnya masih banyak. Saya hanya bisa menghabiskan mienya saja, karena tidak bisa memakan telur setengah matang yang juga disajikan. Saat itu saya tidak sengaja melihat Jihye lagi di Kafe yang sama sedang asyik menikmati jusnya serta memotret kucing dibawahnya. Karena saya tidak mau mengganggunya, saya hanya memberitahu teman dimana lokasi Jihye duduk. Saya merasa Jihye tidak mau diganggu karena setelah makan siang berdua kemarin Jihye jarang sekali membalas pesan saya. Setiap saya ajak berjalan bersama dia selalu memliki alasan untuk tidak bisa bertemu. Makanya saya tidak berani lagi mendekatinya dan hanya mengiriminya pesan bahwa kami berdua melihatnya di Kafe tadi.
Karena sudah pukul 22.00/22.30, saya lalu mengajak teman keluar dari kafe dan pulang, apalagi esok pagi saya harus diving untuk pertama kalinya juga. Lokasi Kafe sangat dekat dengan hostel teman saya dan lumayan jauh dari hostel saya. Karena berbeda arah kamipun berpisah malam itu! Saya sebenarnya masih berharap besoknya bisa berjalan bersama dengan teman saya ini, jujur saya merasa kesepian saat di GT karena tidak ada teman untuk mengobrol selain teman saya ini. Saya juga merasa nyambung dan nyaman berbincang dengan teman saya ini, dia tidak hanya mau didengar tapi juga mau mendengarkan. Benar-benar teman yang asyik!
YESSSS SCUBA DIVING!
Paginya karena saya harus check-out dari hostel yang saya inapi dan pindah ke lokasi hotel yang lebih baik, saya sedikit telat untuk sampai di Blue Marlin. Instruktur saya bahkan sampai harus menelepon nomor darurat yang saya tulis di form saya yakni nomor ibu saya haha. Sampai di Blue Marlin saya langsung bergegas untuk berganti baju dan melakukan briefing bersama Andreas dan Adam. Adam yang murah senyum itu selalu menenangkan saya saat saya merasa cemas lagi. Lalu kami bersiap mengambila alat-alat kami dan menggotong oxygen kami yang berat untuk masuk kedalam kapal.
Mendekati lokasi menyelam kami diminta membersihkan kacamata kami dengan air ludah kami sendiri, dilaut mereka tidak menggunakan sabun jadi cara membersihkan kacamata ya dengan air ludah tadi. Ada 2 Instruktur yang membawa kami, satu Andreas satu lagi wanita yang akan mengambil gambar Adam saat menyelam. Wanita ini cukup dingin dan tidak pernah mengeluarkan kata apapun ke kami berdua, saya jadinya ikut malas meladeni wanita ini. Sampai dilokasi, kami berdua bersiap untuk terjun dengan posisi tabung oxygen dipinggir perahu, tangan menyilang didada, dan kaki juga ikut menyilang. Kalau tidak salah posisi inflator ditekan sedikit agar kami bisa mengapung saat sudah jatuh ke laut.
Andreas yang sudah dilaut sebelum kami langsung mendatangi kami berdua dan mengecek inflator kami. Inflator saya disesuaikan lagi olehnya, lalu dia bersiap memasukkan tali ke dalam laut. Kami lalu pelan-pelan masuk ke dalam laut, seperti yang disampaikan oleh orang-orang sebelumnya bahwa didalam laut tidak semengerikan seperti saat dikolam, saya benar-benar bisa percaya saat itu. Cakupan pandangan yang tidak terbatas membuat saya merasa nyaman, berbeda dengan saat dikolam sebelumnya. Setiap beberapa meter turun kebawah kami lalu di stop dan diminta untuk menyebul kuping kami lewat sembulan cepitan hidung. Terus begitu berkali-kali sampai kami turun hampir 10 meter dibawah permukaan laut.
Saya langsung merasa familiar dengan kondisi disana karena sudah biasa menyelam saat dikanal depan rumah (sewaktu kecil). Saya cuma bergumam "oh begini toh, biasa aja ternyata," karena sudah sering menyelam saat kecil jadi ya teramat familiar dengan kondisi itu. Bedanya hanya saat itu saya dilaut bukan dikanal, saya mengenakan atribut diving, dan bayak terumbu karang, sementara dikanal saya hanya memakai kolor biasa dan hanya ada lumut. Lalu Andreas mengulurkan tangannya ke saya, kamipun bergandengan tangan layaknya pasangan didalam laut sana. Saya yang baru kali itu menggengam tangan seorang pria langsung merasa berdebar-debar. Apalagi Adam dibiarkan begitu saja, tidak digengam sama sekali oleh Andreas.
Setiap Instruktur saya tersebut harus berfoto dengan Adam, atau saat kami harus menunggu Adam berfoto ria, saat itu Andreas menunjuk ke beberapa lokasi dimana kura-kura sedang berenang, atau saat melihat eel juga nemo. Saat itu juga Andreas dan saya tidak lagi berpegangan tangan. Namun setelah selesai, Andreas mengulurkan tangannya kembali ke saya, wah saya merasa sangat nyaman dan aman bersama Andreas ini. Kacamata saya sangat tidak enak saat itu, terlalu sempit dan sering kemasukan air, saya yang selalu berpedoman "Tenang, kalem, anggap saja sedang Yoga" seperti yang dikatakan teman saya tadi malam, lalu mengeluarkan air dengan teknik yang saya pelajari dari pelatihan sebelumnya. Saya cuma takut tali kacamata itu lepas sebenarnya, bahaya juga kalau dia lepas kan.
Setelah selesai berdiving kesana kemari, kami lalu berhenti di satu titik dan karena saya tepat disamping Instruktur, saya melihat jelas saat dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya lalu ditembakkannya ke permukaan laut. Saya yang baru kali itu melihatnya cukup kagum dan bertepuk tangan cool ke Instruktur, diapun juga berpose swag setelah menembakkan barang tadi yang ternyata balon penanda lokasi untuk dijemput kapal. Lama menunggu, Andreas sempat melakukan trik-trik air disana, serta menarik dan membenarkan inflator saya yang tanpa saya sadari sudah mengembang dan membuat saya naik lebih atas dari mereka. Akhirnya kami mulai naik perlahan ke permukaan laut tetap dengan teknik yang sama dengan saat kami turun tadi. Menyebul kuping kami tiap beberapa langkah keatas, lalu sampai permukaan kami langsung menghidupkan inflator kami 100% agar bisa tiduran disana tanpa lelah berenang.
Lalu kami berbaris membelakang dan menuju ke arah kapal. Sampai kapal kami lagsung naik satu per satu dengan menaikkan tabung oxygen terlebih dahulu ke arah kapal yang kemudian diangkat oleh kru. Masuk ke dalam kapal, saya lalu mengikuti Andreas dan Adam untuk naik keatas deck. Kamipun bercakap-cakap disana sampai kami kembali ke arah resort dan melihat beberapa kura-kura yang menyembul keatas di area pantai saat kapal masih antri untuk berlabuh. Kami lalu berlabuh dan saya berlari ke arah toilet karena sudah tidak tahan menahan kencing dari tadi. Lalu saya berganti baju, mengambil barang diloker lalu ke arah kantornya untuk mengambil sertifikat yang dibuat oleh Instruktur saya ini, Andreas. Saya juga akhirnya sadar kalimat "I'll do anything for you" yang dimaksud instruktur saya kemarin adalah menjaga saya dengan mengenggam tangan dan lain-lainnya saat saya diving. Saya lalu pamit dengannya dan mengucapkan banyak terimakasih karena telah menjaga saya selama kami menyelam.
Setelah berpamitan dengan Andreas saya duduk di sofa depan bersama instruktur lokal lainnya yang sangat welcome dengan saya. Sambil berbincang dengan mereka, saya juga men-DM teman saya Andreas kalau saya berhasil diving hari itu. Lalu saya berjalan-jalan dipesisir pantai dan lanjut makan didekat hotel saya. Sebenarnya tempat makan ini adalah tujuan saya dan teman saat malam sebelumnya mencari makan, namun karena teman saya anaknya nyantai sekali akhirnya kita makan dimana saja. Makan selesai lalu saya kembali ke hotel untuk mandi dan tidur siang sampai sore datang.
Sorenya saya berjalan-jalan lagi ke area GT ke area yang belum saya datangi. Saya berharap bisa bertemu lagi dengan teman saya tersebut, tapi karena ini hari terakhir kami disana jadi saya tidak berani men-DMnya lagi untuk mengajak bertemu. Saya lalu duduk disalah satu kafe dan memesan es kelapa muda sambil memotret pemandangan yang ada. Malamnya saya makan ditempat pertama saya makan malam di GT bersama dua teman sebelumnya dan karena sang ibu masih ingat dengan saya, saya dikasih free lauk-pauk. Selesai makan saya lanjut pulang saja dan tiduran di kamar. Hari itu malam idhul adha dan suara takbir bergema dari speaker-speaker masjid-masjid disana. Saya beruntung memilih hotel yang tidak terlalu dekat dengan masjid, karena teman saya yang tinggal di hostel sebelah masjid pas complain katanya dia dan turis-turis disana tidak bisa tidur sepanjang malam terganggu oleh suara speaker yang nyaring.
Paginya, saya berputar-putar di area GT lagi dengan masuk dari satu toko ke toko lain mencari barang untuk saya bawa pulang. Sebenarnya saya saat itu sangat tertarik untuk membeli baju maupun tas yang dijual disana. Apalagi yang dijual disana style Bohemian yang sangat sukai. Tapi karena saya saat itu masih mengenakan hijab dan bingung dengan mix & match baju, kerudung, serta mansetnya akhirnya hanya bisa melongo saja dan pergi dengan tangan kosong Harganya mahal-mahal juga sih, paling murah 400rb.
Saya kemudian massage lagi ditempat spa sebelumnya lalu makan siang dan pulang ke hotel untuk mengambil koper saya karena saya harus menyebrang ke arah Bandara siang itu. Tidak lama di pelabuhan saya langsung menaiki kapal dilanjut naik taxi dari Pelabuhan Bangsal ke arah Bandara. Saya kebetulan mendapat sopir yang sangat baik dan mau mengantar dan menunggui saya ke toko oleh-oleh berkali-kali tanpa menghidupkan argo meternya. Tapi karena jarak Pelabuhan Bangsal ke Bandara yang 72,4 Km sendiri, saya harus merogeh kocek IDR 350k untuk membayar ongkos taxinya tadi. Mahal!!!
Memang paling ga enaknya saat travelling sendiri itu adalah saat harus mengeluarkan biaya transportasi dan hotel sendiri, padahal kalau barengan dengan teman lumayan bisa hemat karena semua-mua dibagi berdua. Kalau kamu lebih memilih travelling sendiri atau bersama teman? Mau nyoba Scuba Diving juga?
Memang paling ga enaknya saat travelling sendiri itu adalah saat harus mengeluarkan biaya transportasi dan hotel sendiri, padahal kalau barengan dengan teman lumayan bisa hemat karena semua-mua dibagi berdua. Kalau kamu lebih memilih travelling sendiri atau bersama teman? Mau nyoba Scuba Diving juga?
No comments:
Post a Comment