Karnaval Kenaikan Isa Al-masih di Bruges Belgium, 10 Mei 2018. |
Sebelumnya saya telah menulis tentang keberhasilan saya mendapatkan
tiket ke eropa melalui Kompetisi Foto melalui Istagram untuk pertama kalinya. Sayapun
telah sedikit menceritakan tentang akhir liburan saya di Eropa yang berujung
tragis yakni harus operasi di Rumah Sakit disana. Saat itu hari kedua saya di
Belgia setelah malam harinya sampai disana dengan kondisi mengigil karena angin
yang berhembus saat kami turun di lokasi Bus teramat dingin. Sangat berbeda
dengan cuaca di Belanda dan Paris beberapa hari sebelumnya yang panas dan
kering.
Hari Pertama di Antwerp
Saya dan teman saya mulai berjalan menuju halte bus yang
sebelumnya telah kita pelajari rutenya via google maps. Sayangnya, setelah
menunggu cukup lama di halte, tidak ada satupun bus yang datang. Bisa jadi
jadwal bus yang tertulis di google maps tidak ter-update karena saat itu sudah pukul
23.00 lewat. Tapi tidak biasanya jadwal di google maps tidak ter-update, aneh
betul. Akhirnya, kami memutuskan untuk jalan kaki ke arah hotel dengan bantuan google
maps lagi, namun apesnya hp saya tiba-tiba error, pun hp teman yang tidak
mendapat sinyal. Entah mengapa sejak menginjakkan kaki di Belgia semua hal
terasa tidak berjalan dengan mulus.
Jadwal Bus dari Amsterdam ke Antwerp, 2018. |
Karena hp yang tiba-tiba error dipertengahan jalan, kami
berhenti sebentar dipersimpangan yang akhirnya membuat orang disekitar berusaha
menolong kami. Ada juga satu pria yang sedang bersepeda cukup kencang yang
tiba-tiba mengerem sepedanya dan membantu kami mengarahkan rute yang ternyata
dia-pun kurang paham. Dia akhirnya berinisiatif untuk mengantar kami ke Italiëlei Street terdekat yang dia tahu, namun malah membuat kami berputar
cukup jauh dari rute yang seharusnya. Sambil menuntun sepedanya, diapun sedikit
banyak menjadi tour guide dadakan
kami dengan menjelaskan beberapa sejarah lokasi yang kami lalui.
Lucunya, saat dia menanyai rute kami untuk hari berikutnya
yakni antara Bruges atau Ghent, dia langsung menjelaskan bahwa Ghent tak lebih
baik dari Bruges yang memang akhirnya kami ikuti juga sarannya. Namun saat itu
dia berkata ke kami bahwa esok cuaca akan sangat panas dan tidak seharusnya
saya memakai baju seperti yang saya pakai saat itu, menunjuk jilbab dan baju
panjang saya. Sayapun hanya tertawa sambil melihat dirinya yang hanya memakai
jaket tipis dan celana pendek saat saya dalam kondisi kedinginan. Jelas, level
kepanasan dan kedinginan antara kita bertiga berbeda tapi lagi, kami berdua
mengikuti sarannya. Saya dan teman saya tidak membawa jaket down ataupun jaket tebal yang biasanya kami
bawa, saya hanya memakai jaket tipis pun teman saya hanya memakai jaket jeans
yang akhirnya mengakibatkan kami kedinginan saat berada di Bruges ckckck.
Nah, sampai di Italiëlei Street kami berdua berpisah dengan
mas-mas Belgia ini tak lupa dengan mengucapkan rasa terimakasih karena telah
doi tolong. Meskipun akhirnya kami berjalan lebih jauh dari yang seharusnya, kami
tetap harus mengucapkan terimakasih kan. Padahal sebelumnya kami berdua sudah
berinisiatif untuk belok ke arah kanan saat doi menyarankan kami ke arah kiri. Teman
saya sudah bilang ke doi kalau HP kita sudah bisa menunjukkan jalan yang benar
lho, tapi karena doi memaksa dan kami ga enakan jadinya ya udahlah. Dari lokasi
kami berpisah dengan mas-mas tadi ke arah hotel lumayan jauh juga sampai kami harus
melewati beberapa blok, lihat foto dibawah bersama captionnya.
Titik Groendalstraat adalah titik hp saya error dan pertemuan dengan mas-mas itu. Seharusnya kami hanya perlu berjalan 14 menit lagi, tapi lihat foto dibawah: |
Rute yang mas-mas tersebut pilih yang membuat kami harus berputar lebih jauh dari rute yang seharusnya. Kami berpisah di Maria-Henriettalei 1. |
Rute total yang kami lalui dengan berjalan kaki sambil menggeret koper diatas jalanan berbata yang otomatis membuat roda koper kami bersuara drerereettt keras sepanjang perjalananan. |
Mas-mas yang membantu dan menjadi tour guide dadakan. |
Saya tidak ingat pasti saat itu pukul berapa karena teramat
lelah menggeret koper dari turun bus sampai hotel, kurang lebih pukul 00.00
saat itu. Kami langsung ke kamar untuk istirahat. Tapi kami rada kecewa dengan kondisi kamar yang ternyata sangat buruk, tempat sampah
yang sudah penuh tidak juga dibersihkan bahkan sampai saat kami check out 2 hari kemudian.
Hari Kedua di Antwerp
Keesokan harinya kami
bangun pagi untuk bersiap memulai perjalanan ke Bruges. Saat teman sedang membersihkan diri, saya berinisiatif untuk
turun ke dapur dan memasak indomie untuk sarapan hari itu. Keluar dari hostel kami lanjutkan ke
Stasiun Antwerp, stasiun tercantik di dunia ini sungguhlah secantik itu. Bahkan
dari luarpun terlihat sangat memesona, apalagi didalamnya. Stasiun ini
dikelilingi dengan toko-toko berlian yang memang terkenal di dunia. Kami yang
hanya travel ala-ala ini hanya mampu memfoto stasiunnya tanpa bisa berkunjung
ke toko berlian disisi-sisinya haha.
Masuk kedalam, kami langsung membeli tiket return seharga 16.60 euro. Kamipun membeli tiket De Lijn seharga 6 Euro untuk bisa menaiki
tram atau bus unlimited selama 24 jam Sayangnya
tiket De Lijn saya hilang saat saya keliling di Bruges jadi saya harus beli lagi
tiket seharga 3 Euro sekali naik untuk pulang ke stasiun Bruges. Setelah
menunggu beberapa menit akhirnya kereta datang dan kamipun beranjak menuju ke
Bruges. Nah, saat diperjalanan inilah perut saya tiba-tiba terasa sakit, saat
itu saya pikir saya hanya perlu ke toilet saja, tapi setelah sampai Stasiun Bruges dan
saya ke toilet rasa sakit itu bukannya hilang tapi malah makin bertambah perih.
Tiket Kereta ke Bruges dan Tiket De Lijn, 2018. |
Saya tahan saja sakit itu hingga kami sampai di pusat kota
Bruges dan berjalan-jalan disana. Kebetulan saat itu tanggal merah di Belgia,
bertepatan juga dengan Hari Kenaikan Isa Al-Masih. Ada kursi-kursi yang
terbentang disepanjang sisi jalan, kanan maupun kiri yang ternyata memang
disewakan untuk pengunjung yang ingin menikmati karnaval Kenaikan Isa Al-Masih
itu. Saya dan teman saya berinisiatif untuk membeli tiket kursi seharga 5 Euro
per kursinya. Tapi karena acara masih dimulai beberapa jam lagi, kami dipersilahkan untuk menikmati keindahan Bruges terlebih dahulu.
Sampai di Grote Markt kami
memutuskan untuk berkeliling sendiri-sendiri hingga akhirnya saya melihat teman
saya lagi dikerumunan, kami langsung menuju ke arah kursi yang telah kami
reservasi tadi karena karnaval sebentar lagi dimulai. Diperjalanan ke arah
kursi, kami membeli French Fries
terlebih dahulu yang ternyata porsinya sangat banyak untuk satu orang. Kami
memakan French Fries kami di kursi
yang telah kami reservasi. Jujur saya tidak bisa menghabiskan porsi tersebut
dan memutuskan menyia-nyiakannya begitu saja. Tahu kan kalau ke Belgia mencoba French Fries adalah hal yang wajib
selain Waffle dan Beernya? Dan memang seenak dan selembut itu French Fries
yang kami beli saat itu, sayang saja porsinya terlalu besar buat saya.
Disaat karnaval dimulai, sakit di perut saya terasa lebih
tajam dan panas dari sebelumnya. Tapi saya tetap menahannya sambil menikmati
karnaval yang berlangsung. Disela-sela waktu karnaval sayapun berusaha mencari
informasi apotek terdekat untuk mencari obat. Namun setelah saya cari-cari, hampir
semua apotek saat itu tutup. Ada satu apotek yang saat itu masih buka, dan saat
saya masuk kesana saya diusir karena ternyata mereka hanya buka untuk
memasukkan kursi yang telah disewakan. Teman saya lalu memberi saya paracetamol untuk mengurangi nyeri
diperut saya. Tetapi paracetamol saja tidak mempan saat itu, saya bingung
sampai akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke hotel terlebih dahulu dan
meninggalkan teman saya di Bruges.
Grote Markt Bruges ramai oleh wisatawan bertepatan dengan hari Kenaikan Isa Al-Masih, 10 Mei 2018. |
Diperjalanan pulang ke hotel, saya tidak sanggup lagi berdiri
dan memilih tiduran dikursi saja dengan memegang perut saya yang teramat sakit. Untungnya
kursi disebelah saya kosong saat itu. Ada anak kecil yang mencoba bermain
dengan saya namun tidak saya hiraukan karena saya sedang amat kesakitan, saya sampai
menangis saat itu. Tepat jam 19.00 saya sampai di Stasiun Antwerp, dan langsung buru-buru ke Apotek di lantai bawah dan berakhir kecewa karena Apotek
tersebut juga tutup. Diperjalanan ke hotel dari stasiunpun sama, semua apotek tutup.
Sampai dihotel saya langsung minum Antangin berharap sakit tadi hanya karena
masuk angin lalu saya paksa diri saya untuk tidur. Pukul 21.00 saya mendengar
teman saya datang, sedikit tanya-jawab dengan teman lalu saya tinggal tidur
lagi berharap esok hari kondisi saya membaik.
Tapi harapan memang hanya harapan, saya bangun dalam kondisi
yang lebih parah dan akhirnya saya meminta teman saya mengantar saya ke Rumah Sakit
setelah kami check out. Teman mengantar saya ke Rumah Sakit dengan sebelumnya menaruh
koper kami di hotel, karena siangnya kami harus berjalan lagi ke Paris dengan Bus. Awalnya, kami
hanya berencana untuk keliling kota Antwerp lalu melanjutkan perjalan ke Paris.
Saya juga cukup optimis akan sembuh setelah keluar dari rumah sakit,
sampai-sampai saya bilang ke teman untuk meninggalkan saya sesampainya di rumah
sakit dan akan menyusulnya keliling Antwerp setelahnya, LOL. Optimis sekali saya saat
itu, sampai akhirnya saya malah harus menelpon dan mengabari teman serta memintanya menemani saya untuk operasi. Mana teman saya saat itu sedang makan siang
di Wagamami, saya merasa bersalah sekali saat itu. Maaf ya Mur.
Nah diperjalanan ke Rumah sakit ini kami naik tram dari
depan stasiun Antwerp dan masih harus berjalan lumayan jauh untuk sampai di Rumah Sakit. Pun, sampai di Rumah Sakit kami tidak tahu prosedur apa yang harus kami
jalani dan malah kami diarahkan untuk ke ruang dokter umumnya langsung oleh
bagian informasi. Sampai di ruang dokter kami di-stop oleh perawatnya karena
ternyata hanya yang sudah memiliki janji yang bisa berkonsultasi dengan sang
dokter. Dan karena sang perawat melihat saya sudah sangat kepayahan, dia menyarankan
kami untuk menuju ke emergency yang rutenya
ternyata ada disamping rumah sakit.
Sampai di emergency
juga tak langsung ditangani oleh sang dokter, yang ada kami harus registrasi
terlebih dahulu dan memakan banyak waktu sampai saya harus tergeletak di kursi
tunggunya. Setelah registrasi selesai, teman saya langsung pamit dan sayapun dipanggil
oleh perawat disana. Saya di cek tensi dan diminta memilih level kesakitan saya
antara 1-10, saya memilih angka 9 karena memang sesakit itu kondisi saya waktu
itu. Saya diberi satu ruang khusus didalam ruang emergency-nya dan diminta untuk melakukan tes urin. Saat saya
berjalan ke arah toilet, badan saya mulai mengigil sampai gemetar tak karuan
dan itu berlangsung hingga kurang lebih 10 menitan. Namun saya tidak melihat
satu perawatpun saat itu dan tidak melihat ada tombol apapun disekitar ranjang
saya. Saya sampai teriak “Help” berkali-kali namun tetap tidak ada perawat yang datang.
Beberapa menit setelah badan saya tidak gemetar lagi, ada
3-4 perawat yang datang untuk mengambil sample darah dan urin saya. Lalu saya
diminta untuk USG, diantarlah saya untuk tes USG dan itu pertama kalinya saya
melakukan USG dalam hidup saya. Saat USG berlangsung sang dokter sudah
mewanti-wanti saya bahwa kemungkinan besar saya akan di operasi. Saya yang syok
dikalemkan dengan kalimat yang membuat saya berdoa tanpa henti “tapi semua
masih menunggu dari hasil tes darah kok,” which
totally bullshit karena pada akhirnya hasil tes darahpun mengatakan bahwa
saya harus dioperasi.
Sebelum saya tahu hasil tes darah dan saat kursi roda saya
didorong dari ruang USG ke ruang emergency kembali. Saya melewati beberapa ruangan dan melihat satu dokter keluar dari ruangan (entah
apa) dan tanpa kami sadari kami bertatapan dari mata ke mata. Dia melihat saya
dengan mata birunya dan saya melihatnya dengan tatapan tajam karena masih tidak
terima dengan kemungkinan dioperasi, serta ketidaknyamanan rasa sakit diperut. Sampai
di ruangan, saya diminta menunggu informasi lanjutan tentang hasil tes darah saya disana. Bersambung...
No comments:
Post a Comment