Zaanse Schans, 07 Mei 2018. |
Pelan-pelan saya membuka mata dan mendapati cahaya fajar sudah mengelilingi saya diantara deru mesin Ouibus yang saya tumpangi semenjak tadi malam dari Paris. Kanan dan kiri terlihat siluet kincir angin yang terlihat epik karena berbarengan dengan cahaya matahari yang pelan-pelan terbit dari ufuk timur. Saya yang masih mengantuk lalu mengatupkan mata saya lagi hingga akhirnya lampu Bus dinyalakan oleh sang sopir pertanda bahwa kami sudah sampai di Amsterdam Sloterdijk. "Goedemorgen Netherlands, Hello Amsterdam!" bathin saya sambil tersenyum.
Semua penumpang lalu turun, serta menarik barang bawaan yang berupa tas dan koper dari bagasi Bus. Dingin yang menerpa kulit kami saat itu memaksa kami untuk mengenakan jaket kembali setelah terlepas sejak pukul 23.00 malam tadi. Badan yang masih kuyu karena terlelap diatas kursi bus selama 6 jam terpaksa kami seret untuk masuk kedalam stasiun. Menaiki beberapa anak tangga sambil menggotong koper kami yang berat, serta meninggalkan Ouibus yang masih dibawah sana, dibawah kami, dibawah stasiun, yang kemudian berbalik pergi meninggalkan kami semua.
Saat itu masih sangat pagi, hingga konter-konter pembelian tiket masih tutup. Kami berdua kemudian berjalan kearah toilet, yang pintunya otomatis membuka setelah kami memasukkan beberapa cent euro kedalam mesinnya. Kami butuh beberapa waktu untuk memahami sistem kerja sang pintu toilet hingga akhirnya teman saya masuk kesana sementara saya mendungkruk melawan dingin didepan toiletnya, menanti giliran.
WC/Toilet dengan pintu yang otomatis terbuka saat memasukkan beberapa cent euro. |
Saya sempet syok melihat kondisi toilet yang kotor dan banyak tisu kotor yang berceceran dilantainya, pesing, sayapun menutup hidung dengan jilbab saya. Keluar dari toilet saya mendengar dering handphone saya berbunyi, saya lihat nama Bos saya tertera dilayar telepon, praktis langsung saya angkat telepon tersebut dan menjawab pertanyaan dari beliau. "Dimana mbak Umi? Jam berapa disana?" saya sempet kaget juga ternyata saat itu di Amsterdam masih pukul 05.49 sementara di Indonesia sudah pukul 10.49. Lalu saya membayangkan bagaimana kondisi perusahaan yang sedang sibuk-sibuknya di Indonesia dengan saya yang masih mengumpulkan nyawa karena baru bangun tidur beberapa waktu lalu.
Kami berdua lanjut menuju ke kounter pembelian kartu transportasi Amsterdam & Region yang baru buka pada jam 06.00. Belum juga buka, didepan kounter sudah mengular antrian oleh para turis yang menanti kounter dibuka. Tanpa Kartu tersebut, kami tidak bisa kemana-mana karena untuk masuk ke lokasi peron diharuskan menge-tap si kartu itu. Tak selang berapa lama kounter lalu dibuka, kami berdua memilih untuk membeli kartu Amsterdam & Region selama 3 hari karena memang kami akan berkeliling di Amsterdam dan sekitarnya selama 3 hari, pas kan. Harga kartu tersebut sebesar Euro 33.50 atau IDR 561.125 (karena rate euro saya IDR 16.750 saat itu), lumayanlah bisa naik turun sepuasnya dengan transportasi disana selama 3 hari dengan kartu ini.
Kartu yang berlaku selama 3 hari unlimited naik kereta maupun bus juga tram. |
Karena selama hampir 2 hari kami belum mandi, maka saat di Paris kami sudah merencanakan akan mandi terlebih dahulu di kolam renang manapun yang bisa kami temui di Amsterdam. Informasi yang kami dapat dari internet, kami bisa mandi di area President Kennedylaan yakni di De Mirandabad. Kami menaiki kereta dari Amsterdam Sloterdijk ke arah Amsterdam Rai dilanjut naik tram dan jalan kaki kesana. Sudah senang sampai sana karena lumayan juga jaraknya kan, eh ternyata kami ditolak alias tidak diperbolehkan. Alasannya, karena kolam renang hanya bisa digunakan untuk yang memiliki pass disana, jadi harus punya membership gitu sepertinya. Informasi yang kami dapat sebelumnya berarti ngaco.
Lalu kami mulai mencari hostel untuk ikut mandi disana sebentar dengan reserve 1 kamarnya on the spot saja. Dari Kenneylaan kami lanjut naik tram ke salah satu hostel itu, namun setelah berjuang menggeret koper dari halte ke hostelnya, kami ditolak lagi karena posisi kamar saat itu penuh. Lalu kamipun langsung ke Generator Hostel saja, tempat kami tidur selama 3 hari nanti dan meminta ijin untuk menggunakan toiletnya sebentar untuk membersihkan diri.
Kalau diingat-ingat kok ya aneh juga kami dulu itu, kenapa ga langsung ke Generator Hostel saja gitu tapi malah kemana-mana dan zonk lol. Mungkin karena jam check-in di GH masih jam 15.00 sementara kami sampai di Amsterdam pagi sekali, makanya kami mencari-cari opsi lain. Jarak dari hostel yang awalnya mau kami jadikan tempat untuk mandi tadi ke Generator Hostel kamipun rupanya tidak begitu jauh. Masih naik tram sih, tapi kok ya pikiran kami kemarin ribet sekali gitu lho haha. Dari hostel itu ke GH kami turun di halte Amsterdam Beukenweg lalu berjalan melewati taman kota. Lucunya lagi, kami sebenarnya sudah melihat lokasi pintu GH, tapi karena gedungnya saat itu terlihat sepi dan mirip seperti laboratorium gitu, serta google maps menyuruh kami untuk memutar, jadinya kami mengikuti si maps saja yang ternyata malah menunjuk ke pintu satunya. Lokasinya cukup menyenangkan sebenarnya karena tepat disebelah taman kota yang rindang dan berudara segar. Namun cukup jauh juga dari halte-halte tram dan stasiun.
Kamipun meminta untuk early check-in ke pihak resepsionis, sudah disuruh menunggu cukup lama juga agar kami bisa mendapatkan ruangan saat itu juga, namun sistemnya menolak. Jadi ya kami langsung menyimpan koper kami saja di lokernya, tetap dengan membayar beberapa euro untuk menyimpannya ga ada yang gratis disana, dilanjut ke toilet untuk ganti baju dan membersihkan diri. Selesai bersih-bersih kami langsung berjalan kaki ke area Albert Heijn dan membeli beberapa makanan disana. Lalu menuju ke Dappermarkt, melihat-lihat barang dipasar terbuka serta membeli kacang-kacangan untuk dicemil berdua, saya juga membeli minuman dingin seharga 1 euro disana yang lumayan enak dan menyegarkan. Selanjutnya kami juga berputar-putar dilokasi itu, dan karena sudah mulai lapar kamipun masuk ke Mc Donal untuk makan siang. Selesai makan kalau tidak salah kami langsung pulang ke hostel kembali untuk check-in dan mandi, sorenya kami langsung menuju arah Muiderpoortstation untuk naik kereta ke Zaanse Schans.
Lokasi paling menarik bagi fotographer disana untuk memotret pantulan rumah saat matahari mulai tenggelam. |
Beberapa makanan yang saya beli di Albert Heijn. |
Diperjalanan antara stasiun ke hostel, kami sekalian mampir ke restauran untuk makan malam dan melihat ada restauran turki yang masih buka saat itu, saat itu sudah pukul 21.30. Saya sempat syok melihat porsi makanan yang disajikan kepada kami di restaurant tersebut. Mungkin karena saya masih jetlag juga, saya hanya bisa menghabiskan seperempat porsinya. Sayapun berinisiatif untuk membungkus sisanya untuk dimakan esok hari dan untungnya pihak restauran memahami itu dan membungkus makanan saya tadi. Teman saya yang sudah jalan 2 minggu di eropa tentunya oke-oke saja mendapati makanan dengan porsi sebanyak itu, berbeda dengan saya, teman saya mampu meghabiskan makanannya dengan sangat mudah hahaha.
Selesai makan kami mampir lagi di Albert Heijn yang kebetulan belum tutup, lalu saya membeli apel dan cemilan lainya untuk saya makan besoknya. Sampai di hostel kami langsung membersihkan diri dan bersiap untuk tidur lagi karena esoknya kami harus Menuju Keukenhof dan Kota Haarlem untuk menikmati indahnya lautan bunga tulip untuk pertama kalinya.
Tulisan dibuat pada 07 September 2020.
No comments:
Post a Comment