Gili Trawangan Lombok. |
Berawal dari keinginan saya untuk
sekolah di salah satu SMA yang tidak disetujui orang tua saya, serta
ujian-ujian masuk SMEA yang tidak lolos pun saat lolos malah tidak direstui,
akhirnya saya diboyong ibu saya untuk ke ujung selatan kabupaten dan
mendaftarkan diri untuk sekolah disana. Tahun 2005 saat itu, tahun dimana
akhirnya saya diwajibkan dan merasa harus memakai jilbab karena sudah menjadi
kebiasaan di area Asrama. Tapi jangan dibayangkan Asrama yang saya tinggali itu
mengerikan seperti bayangan orang-orang tentang Asrama/pesantren. Memang Asrama yang
saya tinggali hampir mirip seperti konsep Pesantren, namun tidak seketat itu kok. Woles kalau kata orng sekarang tu.
Kami tinggal di Asrama dengan
dipisah per gender (jelas), Asrama
Putra dan Asrama Putri. Pertama kali saya masuk ke Asrama Putri, saya melihat tempat
tidur dan lemari kecil berjejer ke belakang, lengkap dengan satu tempat untuk
menyetrika dan satu meja besar untuk menaruh makanan saat jam makan tiba. Tak
hanya itu, ada tiga kamar mandi berderet di ujung kanan depan pintu asrama,
serta satu tempat untuk berwudhu dan mencuci baju. Lalu didepannya ada tali
jemuran yang menjalar dari kiri ke kanan, entah ada berapa tali saat itu.
Di belakang ada pula tempat
sepatu dimana semua penghuni Asrama wajib menaruh sepatunya disana. Pun saat
nanti kita berangkat Sekolah, kita harus mengantri untuk mengambil serta
memasang sepatu kami disana. Ada juga satu ruangan dimana kita bisa menaruh
baju kita bersama-sama yang digunakan untuk berganti pakaian saat
jam sholat dan mengaji tiba. Lalu didepan gerbang kami ada kandang bebek dan juga
gudang untuk mengeringkan Tembakau yang semuanya dimiliki oleh pemilik Asrama
yang juga seorang Dokter. Iya, kita tinggal didekat kandang dan gudang yang berada dibelakang rumah si empunya gedung.
Hari-hari pertama saya masuk
Asrama saya selalu menangis mengingat Ayah yang saya tinggal sendirian dirumah.
Membayangkan beliau yang hanya tinggal berdua dengan Ibu yang setiap hari harus
kerja diluar rumah membuat hati saya ngilu. Tapi selang waktu berjalan semua
menjadi normal, apalagi saat setiap 2 minggu saya pulang dan bisa menemui orang
tua saya. Rasa rindu yang membuncah bisa hilang begitu saja dengan perasaan
lega saat bertemu keduanya.
Sehari-hari, kegiatan kami di
Asrama ialah bangun pagi antara pukul 03.00 – 04.00 untuk melakukan sholat
tahajud dilanjut dengan sholat subuh dan mengaji. Lalu pulang ke Asrama untuk
mengantri mandi disambi sarapan. Kegiatan antri-mengantri mandi ini cukup lucu
sebenarnya, pun antri mencuci baju serta antri menyeterika. Untuk mandi kita
cukup menaruh sendal didepan pintu, terus berurutan atau bisa juga kita meneriaki
yang sedang mandi untuk antri. Jika ternyata sudah ada yang mengantri duluan, maka kita harus mencari orang tersebut dan mengutarakan maksud antrian kita,
berlaku juga untuk antri mencuci dan menyetrika.
Lalu disaat mengantri itu kita
selingi dengan sarapan bersama berjejer-jejer didepan kamar mandi. tapi bisa dimana saja juga sih, karena
nantinya antrian yang didepan kita akan memanggil nama kita untuk mandi. Setelahnya
kami langsung berangkat sekolah hingga pukul 14.00, diselingin dengan makan
siang di Asrama juga. Nah, saat sekolah ini, antara lelaki dan perempuan-pun
dicampur dan tidak dibatasi ruang geraknya, berbeda dengan pesantren kan? Meskipun di Asrama, kami tetap
diajari untuk saling membina hubungan kekeluargaan antar makhluk, makanya
meskipun kita duduk, berjalan, menongkrong bersama lawan jenis, hal seperti itu tak pernah menjadi
soal.
Biasanya sepulang dari sekolah
kami akan tidur siang sebentar sampai adzan ‘asr berkumandang. Saat itu pula
kita berbondong-bondong untuk ke masjid dan menjalankan ibadah sholah ‘asr
disana. Tapi untuk sholah dzuhur dan ‘asr sendiri tidak diwajibkan seperti
ketiga sholat lainnya sih, jadi ada saja yang masih tidur siang dan sholat
sendiri di asrama. Setelah sholat ‘asr selesai, kami biasa mengisi waktu kami
dengan menyuci ataupun menyeterika. Kadang, ada waktu dimana kita harus
mengajar anak-anak TPA juga, lalu mengantri untuk mandi lagi karena malam
setelah sholat maghrib kami memiliki kegiatan rutin yaitu,
mengaji dan belajar bersama.
Iya, kami diwajibkan untuk sholat
maghrib, isya’, dan subuh di masjid, setelah sholat maghrib kami bergerak ke
arah sekolah lagi untuk makan malam dan mengaji bersama hingga satu jam. Jadwal
mengajipun setiap harinya berbeda, dari belajar bahasa arab, belajar membaca
alqur’an, hingga belajar muhadhoroh atau latihan berpidato. Setelah kegiatan
mengaji selesai, maka kita dibebaskan untuk belajar bersama-sama. Diwaktu inilah
waktu yang sangat saya sukai karena saya dan tiga teman lainnya akan berpindah
ruang kelas untuk bermain bersama hahaha.
Tidak ada yang memarahi atau
mengawasi kami saat itu, kenapa? Karena dalam kelompok kami ini ketiga orangnya
merupakan anak-anak yang selalu masuk di 3 besar saat perangkingan akhir semester.
Meskipun kami bermain-main, kami juga selalu belajar terlebih dahulu dan saling membantu untuk menjawab rumus dan soal yang diberikan ke kami lewat
Lembar Kerja Siswa (LKS). Saya yang awalnya tidak menyukai Matematika juga jadi
menyukai pelajaran itu karena dua diantara kami berempat sangat mahir dengan
mata pelajaran itu. Hingga akhirnya setiap ada kuis dadakan atau ulangan
dadakan, saya selalu mendapatkan nilai tidak kurang dari 90! Hahaha the perk of having smart friends.
Biasanya, kegiatan belajar ini
selesai saat sudah pukul 21.00 atau 21.30 lalu kami pulang bersama ke arah
masjid untuk sholat isya’ dan dilanjutkan pulang ke Asrama
masing-masing. Saat di Asrama ini semua memiliki hak untuk melakukan kegiatannya sendiri-sendiri, misal langsung tidur, mengaji, atau memutuskan
untuk belajar lagi. Kalau saya saat itu memilih untuk belajar sampai jam 23.00 atau
23.30, karena jam 03.00 saya harus bangun lagi kan.
Nah, khusus hari Jum’at ada ekstrakurikuler yang diwajibkan untuk diikuti oleh seluruh siswa kelas 1 dan kelas 2, Pramuka. Pramuka ini merupakan satu-satunya ekstrakurikuler yang ada disana jadi kami cukup bahagia untuk mengikuti keseluruhan kegiataannya. Apalagi saat ada kegiatan berkemah atau pengojlokan untuk menjadi anggota pengurus OSIS dan Pramuka, itu merupakan saat-saat yang paling saya nikmati saat tinggal di Asrama.
Nah, khusus hari Jum’at ada ekstrakurikuler yang diwajibkan untuk diikuti oleh seluruh siswa kelas 1 dan kelas 2, Pramuka. Pramuka ini merupakan satu-satunya ekstrakurikuler yang ada disana jadi kami cukup bahagia untuk mengikuti keseluruhan kegiataannya. Apalagi saat ada kegiatan berkemah atau pengojlokan untuk menjadi anggota pengurus OSIS dan Pramuka, itu merupakan saat-saat yang paling saya nikmati saat tinggal di Asrama.
Rada sedih sih sekarang, karena
sepertinya kegiatan Pramuka tidak seheboh saat jaman saya muda dulu. Katanya, sekarang
hampir semua sekolah-sekolah disini sudah tidak mewajibkan kegiatan Pramuka lagi, malahan yang diwajibkan adalah untuk mengaji bersama.
Saya tidak tahu apakah itu benar atau tidak, tapi saya mendengar dari beberapa
orang yang berbeda angkatan dengan saya bahwa hal itu memanglah yang terjadi
saat mereka menginjak bangku SMA atau bahkan SMP. Sedih sih, karena kegiatan Pramuka
bisa melatih mental anak-anak, melatih kekreatifan juga tapi malah dihilangkan. Saya berharap sih info
yang saya terima tadi tidak benar, karena sayang sekali kalau kegiatan yang sangat
mendidik mental dan kreatifitas ini dihentikan dengan alasan yang tidak jelas.
Selama hidup tiga tahun di
Asrama, saya cukup berterimakasih karena saya diajarkan untuk menjadi sosok yang
tangguh dan tidak manja terhadap sesuatu. Pertama kalinya saya harus bisa
merapikan tempat tidur sendiri, menyuci sendiri, menyetrika sendiri dan
lain-lainnya. Tak hanya itu, saya juga menjadi orang yang sangat senang berkunjung ke
rumah teman-teman atau kakak tingkat saat saya tidak menjadwalkan diri untuk
pulang kerumah. Lumayan juga saya bisa ke beberapa tempat, hingga keluarga teman dan kakak tingkat saya hafal dengan saya.
Saya bisa bertemu dengan orang-orang yang peduli dengan saya, serta orang-orang yang menerima saya apa adanya dan mau membantu saya untuk menjadi orang yang lebih baik saat saya tinggal di Asrama. Berbagai hal positif saya dapatkan dari masa tiga tahun saya di SMA sana. Namun, semenjak Oktober 2019 kemarin saya memutuskan untuk melepas jilbab saya. Saya masih berharap teman-teman dan kakak-kakak tingkat saya itu bisa menghargai keputusan saya ini karena memang inilah pilihan yang saya buat saat ini.
Saya bisa bertemu dengan orang-orang yang peduli dengan saya, serta orang-orang yang menerima saya apa adanya dan mau membantu saya untuk menjadi orang yang lebih baik saat saya tinggal di Asrama. Berbagai hal positif saya dapatkan dari masa tiga tahun saya di SMA sana. Namun, semenjak Oktober 2019 kemarin saya memutuskan untuk melepas jilbab saya. Saya masih berharap teman-teman dan kakak-kakak tingkat saya itu bisa menghargai keputusan saya ini karena memang inilah pilihan yang saya buat saat ini.
Setahun setelah saya lulus dari SMA tersebut, saya dengar Asrama saya itu sudah tidak berjalan lagi atau tutup. Tapi meskipun begitu, saya tidak akan pernah melupakan masa-masa 3 tahun saya disana saat itu. Dan karena saat itu belum ada media sosial dan kamera seperti saat ini, maka saya tidak bisa menampilkan foto apapun disini. Sedih karena memori itu hanya ada di kepala saya namun tak apalah. Ada masanya, sesuatu tidak perlu dibuktikan dengan foto dan video, cukup lewat memory saja. Dan masa itu berbeda dengan masa sekarang, tapi percayalah, yang saya ceritakan ini nyata adanya.
It's good 😁
ReplyDeleteSo longtime ago . I'm so sorry .because am stile ..... 😅 to you. I hope one day , we ....
I hope one day, we (will meet again and have fun like how we used to) :)
Delete